The Active Reader

When it comes to reading newspapers or print magazines I have to confess that it’s not something I do on a daily, weekly or even monthly basis. The internet particularly social media sites, Twitter…

Smartphone

独家优惠奖金 100% 高达 1 BTC + 180 免费旋转




practice

“Salah.”

“Cyno, salah.”

“Ulang.”

Cyno terdiam menatap Nilou yang juga terlihat sudah lelah, berkali-kali ia mengulang langkah yang sama tetapi tetap saja begitu. Semuanya sulit, meskipun hanya latihan sederhana sekalipun.

“Kita istirahat dulu.”kata Nilou, ia beranjak dari duduknya. Dari tadi ia hanya melihat Cyno berdansa tanpa partner.

Awalnya ia pingin melakukannya bersama dengan Cyno, tetapi ia menolak dengan tegas.

“Udah berapa lama di bidang basket?”pertanyaan Nilou membuyarkan keheningan yang terjadi, meskipun sebentar

“Lo tau darimana gue anak basket?”

“Kayaknya satu sekolah dah tau deh, lo tuh keberuntungan tim sekolah, kata Candace sih…”

“Hah iya? Masasih?”

“Jangan sok merendah gitu yah.”Nilou menunjukkan kembali senyum terpaksanya kepada Cyno.

“Eh iyaa-iyaaa, gue dari SD, udah masuk ekskul basket.”

“Keren.”

Cyno kembali tertegun, tapi kali ini dia bisa menahannya. Ya, itu hanyalah kata ‘keren’, semua bisa mengatakannya kan? “Kalau lo, sejak kapan di bidang tari?”

“Dari lahir, jujur, itu satu-satunya les yang gue enjoy dibandingkan les lainnya.”kata Nilou sambil menghela napasnya.

“Hm? Lo les apa aja emang?”

“Piano, dance, akademik, masak, AH BANYAK, katanya papa lagi nambahin les bisnis, apalah itu sangat amat asu.”

Cyno terkekeh, melihat muka Nilou yang terlihat gemas kalau sedang mengeluarkan unek-unek. Nilou menelan ludahnya, ia merasa ia sudah berlebihan kepada orang yang baru ia kenal beberapa jam lalu.

“Semangat.”kata Cyno, tatapannya tajam menatap Nilou membuat Nilou salah tingkah. Meskipun kata-katanya datar, tetapi Nilou merasakan ketenangan di perkataan itu.

“Hah…Makasih…”

Sebenarnya Cyno ingin melanjutkan percakapan, tapi ia tidak tahu harus gimana. Secara ini pertama kalinya ia berbicara berdua dengan makhluk bernama wanita. Selain ibunya, tentu.

Lalu ia mendengar suara rintik hujan dari luar aula, semakin lama semakin kencang dan semakin lama seperti pukulan yang dibenturkan kepada atap berkali-kali.

“Hujan.”perkataan Cyno membuat keheningan kembali buyar.

“HAH, IYA?”Nilou cepat-cepat keluar dari aula untuk mengecek.

Cyno heran, suara sekencang itu bisa-bisanya Nilou tidak dengar. Sepertinya gadis itu tadi melamun.

“Kenapa?”tanya Cyno.

“Aduh, kamu naik apa, no?”

Cyno terdiam. Dia heran karena Nilou suka berganti-ganti dari lo-gue ke aku-kamu, ya dia tidak komplain sih.“Naik motor? Kenapa?”

“Aduh…maaf huhu, sekarang gabisa pulang…”perkataan Nilou dipenuhi penyesalan terdengar jelas di telinga Cyno.

“Gapapa, aku bisa naik motor, ngebut.”

“JANGAN, nanti asam lambung kamu naik lagi, terus bisa jadi demam, jangan yaa…”

Cyno tersedak. Ia terbatuk-batuk mendengar perkataan Nilou. Ia merasakan pipinya merah, dan segera ia tepis. Ia tidak boleh salah tingkah terus menerus. Tidak. Boleh.

“Lo perhatian sama gue? Tenang gue bukan anak lo kok.”

“HAH, BUKAN GITU! YA-YA-YA!”teriak Nilou gelagapan.

“Terus kenapa gitu?”Cyno menyeringai, sambil menahan senyumnya.

“YA GUE KAN BERTANGGUNG JAWAB SEBAGAI PARTNER, YA- KESEHATAN JUGA WAJAR DONG, KHAWATIR!”

Cyno tertawa, rasanya lucu sekali melihat Nilou gelagapan seperti itu. Tidak seperti biasanya dimana ia menanam image feminim dan kalem itu. Nilou menutup mulutnya, mukanya memerah, menahan malu dan kesal.

Nilou ternganga, melihat Cyno tertawa. Rasanya ia kesal karena di goda disaat yang sama ia merasa kaget melihat Cyno tertawa. Apalagi karena dirinya.

“Lo bisa ga sih ga bikin gue asam lambung?”

Nilou menghela napasnya panjang. “Itu bukan asam lambung, Cyno.”

“Ah iya deh, itu bukan asam lambung soalnya rasanya beda.”

“Tempatnya juga beda, noo…”

Cyno terkekeh. “Gatau kenapa setiap kali melihatmu, sesuatu yang disini selalu berdetak tak karuan.” Cyno menunjuk dadanya. “Dan disini, selalu tidak bisa berhenti tersenyum.”ia lanjut menunjuk mulutnya.

Nilou terdiam, ia menelan ludah, mengerti ke arah mana ini akan tertuju. Suara Cyno menjadi lebih berat dari sebelumnya, membuat hatinya berdegup seketika, ditambah hujan yang menjadi latar belakang pendukung terbaik.

“OKE UM, aku punya payung, kamu pake ini aja ya biar pulang.”kata Nilou mencoba mengganti topik.

“Lah terus kamu?”Cyno tersenyum tipis, menyadari Nilou sedang mengganti topik.

“Aku telepon supirku kok bisa.”

“Hih, iya deh si paling kaya.”

“APASIH?!”teriak Nilou sebal.

“Bercanda.”

Nilou tersenyum terpaksa lagi. “Ya yang namanya dah dibayarin masa ga dipake gituloh.”

“Iyaaa, nona.”

Nilou terkekeh. Ia pun segera membuka hapenya, tetapi mukanya yang sedari tadi tersenyum seketika berubah.

“No, hapeku lowbat.”

“Hah, terus?”

Nilou menghentakkan kakinya. “Ya lowbatt, Cyno. Aku gabisa hubungin supir aku…”Cyno mengernyit, karena biasanya supir pribadi akan datang dengan sendirinya. “Iya, aku bilang kalau aku mau pulang naik bus.”

Cyno tertawa. “Gaya banget pulang naik bus, lo ilang satu gedung bisa-bisa nyariin lo, HAHAHA!”Nilou hanya bisa menatap Cyno dan bibirnya sudah menurun sejak tadi.

“Ih, soalnya gue bosan naik mobil.”

“Masalah orang kaya gitu yah.”

“STOP MENTION AKU ORANG KAYA!”

Tawa Cyno semakin kencang. Ia pun mengangguk dan mulai berjalan melewati Nilou. Nilou yang mukanya sudah merah padam, seketika tersadar, kalau laki-laki bersurai putih itu sudah tidak ada di depannya.

“Mau kemana?”

“Hm? Latihan basket. Mau ikut?”

Add a comment

Related posts:

Why Do Men Really Not Attend Church?

As I look around our church I know that there are more women in attendance. A couple of reasons may be work related, or that there are more widows than widowers. Or it could be we have an old country…

Top 10 Digital Marketing Agencies in India

Are you looking to identify the right digital marketing agency for a business of your own or want to build a digital marketing team? Either way, it’s important to understand digital marketing…