When I Will Turn in Rock

When I will turn in rock, I will be no more body of the shell But yet one of a rock A rock With my name on – My shadow. The last physical memory of me that can still feel the refreshing wind The…

Smartphone

独家优惠奖金 100% 高达 1 BTC + 180 免费旋转




Sisdigmik dan Tubesnya

Sisdigmik alias Sistem Digital dan Mikroprosesor adalah matkul yang ada di fakultas STEI Institut Teknologi Bandung, di jurusan STI (Sistem & Teknologi Informasi), jurusan gua. Kalau ditanya ngapain sisdigmik itu, kerjanya main Arduino coyy. Arduino lah. Arduino adalah sebuah komputer kecil (yang paling kecil cuman seukurang kira kira 6 x 8 cm) yang bisa diprogram untuk melakukan apa aja. Tubes (tugas besar) sisdigmik di semester ini (dan semester — semester sebelumnya sih) adalah membuat karya pakai Arduino.

Singkat aja gua dan si temen gua ini yang inisialnya AY, kebetulan satu kelompok buat tubes ini. Yang harus kelar untuk proyek ini adalah alatnya (Arduino nya), laporannya, dan demonya. Jadi spontan saja, sang asisten tiba — tiba masuk ke laboratorium tempat kita praktek mikroprosesor dan ngumumin tugas besar katanya kita harus bikin karya yang berguna pakai Arduino. Langsung saja terpikir dipikiran gua untuk membuat lampu tidur yang bisa ganti — ganti warna (gua ya gini, gak kreatif). Lantas, si pasangan “hidup” gua ini setuju.

Semuanya mulai dari rencana dulu dong (katanya), jadi kita rencanain lah itu lampu tidur mau kayak gimana bentuknya. Karena sangat tidak kreatif dan mungkin juga tidak berguna kalau cuma bisa nyala mati aja, kita mulai tambahin fitur — fitur yang membuatnya semakin tidak berguna. Hehe, gak deng, jadi berguna dong. Akhirnya kita tambahin fitur supaya si lampu ini bisa diset supaya nyala selama sekian waktu aja. Kita juga masang 3 lampu di alat ini, lampu LED aja, yang beda — beda warnanya. Tujuannya satu: biar keren. Supaya keren, lampunya bisa diprogram biar ganti — ganti warna. Karena LED nya ada 3, ya simpel, tinggal dinyalain aja lampunya ganti — gantian. Dan memang itu exactly yang kita lakukan. Supaya lebih keren lagi bak mahakarya Michaelangelo atau Leonardo da Vinci, kita tambahin display 7-segment, semacam layar LCD gitu, di lampunya. Layar ini nunjukin info — info soal durasi lamanya lampu nyala/mati, mode apa yang lagi dipilih, dan sebagainya. Dengan fitur — fitur ini, kami yakin bahwa karya ini bisa masuk menjadi pengantar huruf A muncul di transkrip nilai kami di sebelah mata kuliah Sisdigmik.

Mikir mah gampang. Mulai lah kita cari Arduino dan teman — temannya supaya kita bisa langsung buat alatnya. Ternyata, Arduino Uno lumayan murah kalau beli di Toko****a, sekitar 100 ribuan lah (saya bukan juragan, kirain harganya sampe 400 ribu gitu loh). Langsung lah gua klik itu tombol beli dan kirim pakai kurir sehari sampe. Buat barang lain? gua beli di Bandung Jaya Plaza. Singkat cerita, kita dapet semua barangnya. Lalu apa yang harus dilakukan? Rakit alatnya.

Arduino didesain supaya modular. Artinya siapapun bisa buat apapun pakai itu cuman dengan nambahin modul — modul yang perlu aja. Pakai Arduino juga bisa ngirim SMS ke orang kalo emang ada modulnya (emang ada, cuman gak ketemu aja). Keliatannya, karena modular, rakitnya juga harusnya gampang. Tapi enggak, men. Memang gak kayak teori. Susah bener. Kebetulan si “pasangan hidup” gua ini memang anak jurusan elektro (ini tugasnya lintas jurusan juga), dan makanya bisa pake solder. Intermezzo aja, gua juga diajarin nyolder waktu dulu sama bokap gua, jadi ya gua juga jago (ciaa). Langsung aja kita solder itu semua part — part di papan PCB yang lobangnya ada banyak. Sehari sebelum rakit, gua udah ngoding Arduino nya. Programnya udah diupload ke Arduinonya juga jadi tinggal dicoba. Langsung lah pas gua nyalain, gak terjadi apa — apa. Ya ajaib juga sih kalo sekali coba langsung bisa. Katanya Thomas Alva Edison aja nyoba 1000 kali. Yaudah satu — satu kita coba, ada aja masalahnya. Kayak soldernya enggak bener, kabelnya putus, programnya salah lah, dan sebagainya. Tapi untung nya setelah gak sampe nyoba 1000 kali, kita berhasil.

Masih ada yang ketinggalan dong. Laporan. Nah ini. Barang yang paling ga mau disentuh — sentuh. Untung kerjainnya berdua, jadi kita bisa bagi tugas setengah — setengah. Dengan segala jerih payah mengumpulkan kemauan (lebih susah ngumpulin kemauan daripada datanya, sumpah gua), kita kerjain semuanya. Satu — satu tiap bab kita lewatin. Dan sebagai mahasiswa deadliner sejati, kita kumpulin beberapa menit sebelum deadline.

Ujian sebenernya ada di demonstrasi tugas. Langsung lah gua tarik gas motor gua ke kampus dengan mata sembab karena habis begadang. Gua bawa tuh masterpiece kelompok gua yang ngalah — ngalahin lukisan Monalisa kayak bawa bom. Gua dan si temen gua ini nunggu di lab sampe dapet giliran buat maju. Setelah ngantuk menunggu, kita dipanggil. Langsung lah gua keluarin tuh kenyataan hidup dari kantong kereseknya yang udah mau sobek. Langsung kita nyalain, dan magically sih nyala. Tapi pertanyaan kakak pengujinya juga kok magically bisa nanya hal — hal yang alat kita ga bisa lakukan. Kakaknya ekspektasinya tinggi sih. Tapi kita stay cool aja dan sat set sat set, semua bisa terjawab.

Demikianlah akhir dari cerita kenyataan hidup per-Sisdigmik-an gua dan teman gua ini. Kenyataan hidup itu gua masukin lagi ke kantong kresek dan gua bawa pulang. Sampe sekarang masih ada di museum gua (apartemen gua). Yaudah begitulah kisah lampu tidur itu. Btw, itu gak gua pake buat tidur.

Add a comment

Related posts:

Elizabeth Warren Will Restore Opportunity to Rural Iowa

Elizabeth Warren knows the struggles of rural America, and has a plan to make rural places, vibrant, welcoming and sustainable. Elizabeth grew up in Oklahoma on the ragged edge of the middle class…

Elderly Home Care Providers Use Tech to Save Money

Elderly care is a both crucial and expensive part of healthcare. The industry has learned that keeping elders at home as long as possible can cut wasted resources and costs drastically. The moment…

Searchline Database explains how outsourcing data entry work can benefit your business

According to the expert at Searchline Database, data processing and digitization has become central to most businesses. This is largely due to the enhanced operational efficiencies that could be…